Gee Batik Beri Sembako Untuk Warga Ekonomi Rentan Di Lempuyangan
Gee Batik menyalurkan donasi berupa sembilan bahan pokok (sembako) untuk warga ekonomi rentan yang terdampak bencana wabah virus corona di kawasan Bausasran, khususnya di Rukun Tetangga (RT) 15 Rukun Warga (RW) 05 Lempuyangan, Bausasran. Bantuan ini diterima langsung oleh pengurus RT setempat pada Rabu, 23 April 2020. Harapannya, bantuan ini dapat meringankan beban hidup warga RT 15 RW 05 Lempuyangan yang berat tertimpa bencana wabah virus covid-19.
Gee Batik merupakan perusahaan pengrajin batik tulis di Kota Yogyakarta. Alamatnya di Lempuyangan DN III/357 RT 16 RW 05 Kelurahan Bausasran Kecamatan Danurejan. Gee Batik menyajikan proses pembuatan batik tulis secara langsung disana.
Penyerahan bantuan berupa sembako oleh Gee Batik ini merupakan bentuk kepedulian masyarakat atas bencana wabah virus corona. Upaya penanggulangan virus corona harus dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat, tak hanya pihak pemerintah saja. Pemerintah, baik pusat maupun daerah telah memberikan berbagai himbauan tentang cara antisipasi sebaran virus corona. Cara – cara itu antara lain dengan sering mencuci tangan, menghindari menyentuh wajah, menghindari berpelukan dan bersalaman, jangan berbagi barang pribadi, dan menjaga jarak fisik orang per orang. Selain itu, menjaga kesehatan dengan makan makanan bergizi seimbang juga ampuh untuk menangkal virus covid-19.
Masyarakat merupakan ujung tombak dari usaha menghentikan sebaran virus corona. "Semua upaya pemerintah bukan satu-satunya solusi karena basis penanganan harus pada masyarakat sebagai ujung tombak untuk memutus rantai penularan. Peran masyarakat sangat besar dan menentukan," ujar Achmad Yurianto, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19. Oleh sebab itu, pemerintah meminta kepada masyarakat untuk mematuhi anjuran-anjuran dari pemerintah.
Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti memberikan empat himbauan terkait pencegahan virus corona, antara lain menyediakan alat atau bahan pencegahan virus corona, membatasi kegiatan bersifat massal, melaksanakan gerakan bersih-bersih secara serentak, dan mendorong peran serta pengelola tempat ibadah.
Di poin pertama, masyarakat Jogja diminta membiasakan diri untuk sering mencuci tangan. Selain itu, tempat-tempat umum juga perlu menyediakan fasilitas untuk membersihkan maupun mencuci tangan. Sementara itu, di poin kedua, Haryadi menegaskan supaya kegiatan yang melibatkan pengumpulan massa ditunda, tetapi jika harus tetap digelar, pelaksana harus menyediakan perlengkapan untuk cuci tangan.
Di samping itu, poin ketiga menyebutkan bahwa warga Jogja harus rajin cuci tangan, membersihkan rumah, dan menjalankan gerakan bersih-bersih di tempat kerja. Kemudian terakhir, pada poin keempat, Haryadi meminta para pengelola tempat ibadah untuk berulang kali membersihkan tempat ibadah sebelum dan sesudah dipakai.